Minggu, 23 November 2014

Belajar Tenang, Mengajar Kelembutan

Karya Teuku Asrul



Anakku, sayangku, temanku,,,
Saat nanti engkau berilmu
Aku ingin engkau tersenyum imut
Ingat, Kala dulu aku tersenyum padamu
Kala kosong ruang akalmu
Kubumbui benih cinta, sayang, seraya mengisi kekosonganmu
Semoga benih itu tumbuh dan menjadi pagar akalmu
Hingga aku kau hormati, berdampingan selalu terus mengisi

Semua itu kulakukan, mauku kau tahu mengisi
Walau dulu kau pernah dihina, dicaci, juga tersentuh tamparan bayu
Namun mereka berbisik padaku, “ Mereka sayang padamu”
Aku mengintip sajak-sajak mereka
Doa-doa nyanyian mereka
Agar kelak kau bisa

Anakku, teman bagiku,,
Kau adalah guru masa depan
Jua kau akan menggantikan guru yang dulu menuntunmu
Harapku, engkau akan menjadi sosok idaman sang hidup
Temannya sang lugu
Ajak mereka belajar tenang, mengajar kelembutan
iya, belajar tenang, mengajar kasih sayang
Hingga mereka jua menyayangimu,,,

Tidak seperti aku yang dulu takut kepada sang guru,,,
Hingga sekarang  mereka mudah terlupakan,,,



                                                                                    SMA N 2 Darul Makmur, 03 Oktober 2014

Jumat, 22 Maret 2013

CERMIN

Cintaku, Bukan Drakula
Karya Teuku Asrul

''Dinda gelisah, kanda,,!''
''Gelisah kenapa?'' Tanya ku sambil memandang  kearahnya yang sedang menatap laut lepas.
''Gelisah tentang kita, tentang perjodohan yang kanda ceritakan itu, tentang keluarga kanda yang tak pernah setuju kalau kanda menikah luar daerah''. Ia melihat ku dengan raut wajah sedih takut kehilangan. Bagaimana tidak, aku tahu bagaimana perasaannya gagal dengan cinta pertamanya.
''Dinda, kanda juga gelisah. Gelisah akan dinda nantinya yang akan berpaling dari kanda, menyerah, jika keluarga kanda tak merestui hubungan kita. Kanda sudah katakan, kalau kanda akan melakukan segala cara untuk kita akan bersatu.'' Sambil melihat wajahnya yg begitu merasa takut akan kehilangan cintanya.
 ''iya kanda, tapi kita tidak akan pernah bisa bahagia tanpa restu kedua orang tua kita. Dinda takut durhaka pada keduanya kanda. Allah sudah mengatur segalanya. Coba kanda lihat ombak laut itu, tidak ada yang sama, kadang-kadang besar dan kadang-kadang kecil dan setiap kalinya berbeda. Allah yg mengaturnya kanda.'' Ia memandangku dengan mata berbinar-binar.
            “Dinda, serahkan semua itu kepada-Nya. Kita hanya bisa merancang, yang penting kita tidak murka dengan-Nya. Cintaku kepadamu ibarat ombak laut itu yang tak akan pernah berhenti bergoyang, terkecuali ia telah kering. Kita akan berusaha sama-sama untuk cinta kita”.
Suasana hening pun berlabuh dan hanya suara gemuruh laut yang terdengar. Angin menyapu wajah-wajah penghuni pondok-pondok misterius pantai dengan hidangan kelapa muda segar di depannya. Tidak ada pondok yang kosong, semua terisi oleh pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih. Berbeda cinta mereka dengan cintaku. Terkadang aku bingung, kenapa ada cinta yg seperti drakula. Cinta yang menghisap darah dan akhirnya akan terbuang dan aku yakin tak akan pernah akan bertahan sampai ke ikatan suci.
Cintaku begitu tulus untuknya. Hatiku berkata,''Aku akan melakukan segalanya untuknya dan aku juga merasa, tak ada gunanya aku ini kalau tidak sempat hidup bersamanya dalam ikatan yang suci''. Aku nyaman didekatnya, dimanapun tempatnya. Tak pun merebak nafsu untuk menjamahnya, seperti orang-orang yang ada disamping pondok kami, ciuman sebebasnya, pelukan, dan banyak hal lain yang mereka lakukan sebelum mereka mendapatkan sertifikat halal.
Tempat ini bisa dikatakan tempat maksiat melakukan zina kecil. Seperti berada di perancis saja. Padahal ini aceh. Aceh yang punya gelar Seuramoe Meukah. Sayang, masyarakat sendiri yang memfasilitasi mereka sehingga aman dari gangguan masyarakat yang melarang berada di semak-semak. Aku sengaja membawanya kemari, hanya untuk mengujinya.
Terlebihnya lagi, aku jadi bingung dengan suasana ini. Apa cinta seperti itu????
Ya, tapi cinta nafsu, cinta untuk merusak, bukan menjaga. Kadang-kadang aku sayang melihat gadis-gadis kecil yang kiranya masih memangku pendidikan tingkat atas yang menjadi pasangan lelaki-lelaki pemikat. Takutnya nanti habis manis sepah dibuang. Tapi apa boleh buat, mungkin mereka masih terlalu cepat untuk mengenal cinta, sehingga tak bisa untuk menjaga diri. Terlebih lagi orang tua yang tidak sering mengawasinya dan tidak memberikan pemahaman agama kepadanya. Eemmm,,,rupanya tempat ini terlalu banyak setannya.
Walau begitu, aku bangga punya pacar seperti dindaku. Ia sangat matang dalam hal cinta. Ia bagaikan bungan yang punya warna tapi berduri. Tidak akan pernah bisa tersentuh sebelum waktunya tiba. Padahal aku juga sudah mengujinya dengan menggunakan berbagai bujuk rayuku untuk menjamahnya, namun semua itu sia-sia saja. Iman yang kuat membentenginya, sehingga cintaku begitu murninya dan berniat untuk memperistrikannya. Aku pun yakin, semua lelaki tetap menyukai wanita yang soleha.
“kanda,,,!” Ia menyadarkanku dari lamunan.
“Ia dinda” Terkejut dari lamunanku.
“Kanda kenapa termenung begitu cukup lama. Apa yang kanda fikirkan? Ada yang salah dengan laut itu? Dari tadi pandangan kanda kelaut saja.” Ia mengusap mukaku.
            “Enggak ada yang salah nda, cuma memikirkan sesuatu. O, ya. Dinda ada lihat orang-orang pacaran di pondok-pondok lain gak? Hihi,,,,” Sambil mengoloknya.
“eeeemmmmmm,,,,mulai! Jangan pikirkan yang macam-macam, ah,,,!” Ia mengira aku memikirkan dan ingin dengan hal-hal yang mereka lakukan.
“Enggak sayang. Cuma memikirkan betapa sayangnya gadis-gadis nan-anggun itu. Hanya saja kanda tak berani menegurnya. Kanda yakin, lelaki-lelaki itu tidak sayang sama mereka. Buktinya, bukan menjaga, malah membuat ia layu”
“Kenapa kanda bilang begitu?”
“Ya, begitu. Cinta itu bukan drakula yang menghisap leher seperti tadi itu,,,hihi,,,,”
“Ala ayank, mulai deh kumatnya”
“tapi benar kan?”
“iya sih. Tapi cukup kita benci mereka dalam hati saja nda, kalau memang kita tidak sanggup dengan yang lainnya.” Ia memberi penjelasan.
“ iya beh, aq sayang qm,,”
“aq juga sayang qm, kanda.”
“ayuk kita pulang.”
“yuk,,!”
            Kami pun beranjak meninggalkan caffe pondok cemara pinggir pantai itu selesai membayar dua kelapa muda seharga enam belas ribu rupiah sudah termasuk pajak penyewaan pondok tentunya. Kemudian, kami pun berharap tempat ini nantinya akan berubah menjadi tempat rekreasi yang jauh dari pasangan-pasangan penghisap darah gadis-gadis malang,,,,amiiiinnnn,,,,,,
            “Nda, ada apa tu rame-rame?”
“eeemmmm,,,,orang pacaran di semak-semak tu yank kena tangkap. Bodoh orang tu yank.” Kataku dengan nada jengkel.
            “Kok bodoh yank?” Ia bertanya tak mengerti maksudku.
“ya bodoh, kenapa gak ke tempat kita pergi tadi aja. Buktinya tidak ada yang tangkap mereka yang seperti itu, kan? Huhuhu,,,,,dunia ini sudah berbeda yank,,,,!
            “ Ala, ayank ne ulok. Tapi iya juga sih,,,hihihi”

Penulis adalah Pemerhati Sastra

OPINI

Stop Cerca Cinta, Cinta atau Nafsukah Ia?
Oleh Teuku Asrul

Jaman ini tidak gaul, jika berstatus Jomblo. Sebagian besar remaja merasa malu jika tidak punya pacar. Berbagai jalan ditempuh, agar bisa mendapatkan sang kekasih. Namun, juga tidak sedikit pemuda-pemudi yang tidak ingin lagi punya pacar. Katanya kecewa karena pasangan selingkuh, tidak bisa diaturlah, cemburuan bangetlah, tidak perhatianlah, dan banyak sebab lain yang akhirnya cinta yang menjadi korban hinaan mereka.
Terlebih lagi, wanita beranggapan semua lelaki itu sama dengan lelaki yang mengecewakannya dan begitu juga dengan lelaki yang menganggap semua wanita itu sama dengan wanita yang pernah menyakitinya. Toh, akhirnya lahirlah kata ''persetan dengan cinta, cinta itu bajiangan, cinta itu jahat, cinta itu anjing'' dan masih banyak lagi kata-kata kotor yang muncul untuk mencerca cinta.
Dari fenomena di atas, Penulis merasa tertarik untuk meluruskan atau mengupas sedikit permasalahan yang terjadi di dunia remaja. Sebahagian remaja sudah sangat bosan, jika mendengar kata cinta, dan juga tidak sedikit remaja yang sedang asyik bercinta, namun, mereka menyalah artikannya. Banyak patokan cinta yang diposisikan ke hal yang negatif. Misalkan saja, cinta itu diukur dengan ciuman, pelukan, dan banyak lagi hal-hal yang akhirnya akan membawa kesesatan.
Jaman ini, mungkin pelaku cinta masih sangat awam untuk mengenal yang namanya cinta. Bagaimana tidak, kecil-kecil sudah pandai mengerdipkan mata. Cara menggoda dan tutur kata senantiasa menjurus ke hal yang memancing hasrat. Akhirnya terjalinlah sebuah hubungan yang katanya didasarkan oleh rasa cinta. Hasilnya, keduanya akan mendapatkan kesengsaraan batin diujung hubungan yang diakhiri dengan permusuhan dan cinta yang dulunya terikral hilanglah sudah.
Sering pula kita baca kasus-kasus khalwat yang ter-ekspos ke media masa. Bukan satu atau dua kasus, namun sudah tidak terhitung jumlahnya. Belum lagi yang istilah anak muda sekarang kita dengar dengan ungkapan poh banded atau jadup atau sese bineh yang biasanya terjadi di pinggir-pinggir pantai yang gubuknya sudah disediakan. Anehnya, hal itu sudah seperti tidak haram lagi, kalau sudah didasarkan pada yang mereka anggap adalah cinta. Di sisi lain, begitu banyak pula lelaki yang hadu jotos untuk memperebutkan cintanya. Bahkan nyawa melayang hanya karena untuk mempertahankan yang mereka anggap itu cinta.
Hal ini penting direspon, untuk menjaga putra-putri tercinta dari hal yang mungkin kita semua sepakat untuk tidak terjadi, mungkin semua pihak harus ikut serta. Terutama orang tua, lembaga pendidikan, dan seterusnya masyarakat. Baik itu secara moral, maupun tindakan yang mungkin harus dilakukan pada suasana tertentu. Akan tetapi, peran tersebut sekarang sudah mulai kabur. Banyak orang tua yang telah mengijinkan anaknya pacaran, bahkan kadang-kadang ada orang tua yang bangga, kala anaknya pacaran. Ini juga salah satu budaya Aceh yang telah terkontaminasi.
Percaya atau tidak, silahkan kunjungi desa-desa terpencil di Aceh. Kemudian amatilah, orang tua mereka mengijinkan anaknya pacaran atau tidak. Penulis sendiri berada pada desa terpencil di Aceh, namun benar orang tua di desa Penulis masih melarang anaknya pacaran. Jangankan untuk berjumpa dengan lelaki, keluar rumah pun dilarang, kecuali pada waktu sekolah.
Islam sangat dekat dengan cinta. Dijelaskan cinta itu damai, tidak ada perperangan, tidak ada kekacauan, tentram, aman, dan sejahtera. Bayangkan, jika cinta tidak ada, mungkin dunia ini sudah menjadi dunia misteri. Bunuh-membunuh, pertumpahan darah di mana-mana, manusia tidak akan peduli dengan manusia lainnya. Coba baca sejarah jaman jahiliyah, mungkin hidup dijaman itu sangat suram.
Oleh karena itu, upayakan cinta yang pertama kepada Allah, kemudian kepada Nabi, orang tua, dan kepada guru. Insyaallah, jika engkau mencintai yang lainnya, maka tidak akan melanggar aturan-aturan yang telah ditetapan sang Khalik. Pemahan yang semacam inilah yang harus tertanam kepada remaja putra-putri Aceh, agar jauh dari kesesatan dunia.
Kemudian cerna arti cinta itu. Cinta tidak merusak, tetapi cinta itu menjaga. Cinta butuh pengorbanan, namun tidak mengharap balasan. Cinta itu indah, tidak membawa kesengsaraan. Cinta itu suci, tidak terkotori dengan pelanggaran-pelanggaran. Cinta itu kasih sayang, bukan pengumbar nafsu. Cinta itu untuk memiliki, namun bukan mencampuri. Cinta itu sangat damai.
Tidak dapat dipungkiri, apa divinisi cinta yang sesunguhnya. Sudah pasti lain orang lain pula mengartikannya, seperti fenomena yang terjadi dikalangan remaja saat ini, cinta sudah hampir rada-rada sama dengan nafsu. Benarkah cinta itu identik dengan nafsu? Mungkin benar, jika ia dalam konteks cinta lawan jenis, dan salah, jika itu dalam konteks umum. Akan tetapi, cinta dikalangan remaja hampir sangat-sangat dekat dengan zina. Bernarkah itu cinta?
Tidak tanggung-tanggung juga Allah menegaskan untuk tidak mendekati akan zina. Jangankan melakukan, mendekati saja dilarang. Begitulah larangan-Nya, sebab Allah maha mengetahui akan hamba-Nya yang sangat susah untuk menjaga nafsu. Tidak ada penjelasan tentang haramnya kata “pacaran” namun, jika ia mengumbar hasrat, hukum Allah tetap berlaku dan Allah tidak akan sedikit pun lalai dalam urusan-Nya.
Pemahahaman tentang cinta dikalangan remaja sangat penting untuk putra-putri tercinta pada masa pubernya. Mungkin masa ini dirasakan oleh setiap manusia normal, tak terkecuali manusia yang tak normal pun mungkin merasakan hal itu. Bagaimana tidak, itu kebutuhan biologis. Di sisi lain, kita juga manusia yang beragama, punya Sang Pencipta, dan sudah pasti memiliki peraturan-peraturan yang itu juga untuk kebaikan hamba-Nya.
Akhir dari ulasan di atas, penulis memberi kesimpulan, bahwa cinta itu damai. Ia adalah segala-galanya bagi umat manusia. Pembawa ketentraman hidup. Jadi, jangan salahkan cinta atas resiko dari kesalahan yang telah terjadi atas ulah sendiri. Mungkin juga yang dirasakan bukan cinta, tetapi itu nafsu yang menyamar sebagai wujud dari cinta. Benar tidaknya, jawabannya ada di hati nurani pembaca. Waspadai cinta yang merusak, sebab cinta tidak merusak, tetapi ia bagaikan pagar yang menjaga tanaman dari hewan yang ingin merusak.
                             Penulis Adalah Pengamat Pergaulan Remaja Aceh

Selasa, 27 Desember 2011

PUISI

MAAF SEBELUM MEMINTA

Aku berjalan menuju jalan setapak
Hidupku kala indah tercampak
Aku baru saja terlelap
Musnah semua kasih dan sayang

Dulu di kerajaan ini
Orang yang kusayangi berserta orang yang kucintai
Sekarang, Ia telah pergi
Tak pernah tampak lagi
Tak pun kembali
Hanya saja suasana yang berbeda
Ya, suasana yang sekarang tak seindah dulu
Seperti semuanya telah mati, fana, hampa tak bernafas

Hati ini tak sanggup menahan rasa
Rindu, akan kisah masa kecil
Kerajaan yang utuh
Sekarang kerajaan ini telah sunyi
Tumpah air mata, hati rapuh
Tak terlihat lagi senyum rindu

Aku tak sanggup
Orang yang kusayangi pergi
Gairah hilang, hancur semua harapan
Pikiran yang tak menentu
Membuatku terisak-isak

Teriaklah, puaskan hatimu menangis
Tak usah malu, hatimu tak sanggup menahannya
Ya, aku harus teriak
Aaaaaahhhhhhhhhhccccccc,,,,,!

Tak ada orang yang kucintai kecuali papa dan mamaku
Papa dan mamaku
Tapi mereka tak pernah percaya kepadaku
Seakan-akan aku tak sanggup mengurusnya kala ia renta
Hanya saja karena aku lelaki
Ya, lelaki!

***

Pa, ma!
Aku memang lelaki, tapi aku sanggup mengurusmu
Percayalah,,,!
Aku bersumpah
Tak akan membiarkan mama dan papa terlantar
Seperti apa yang mama dan papa anggap sekarang ini
Ini anakmu pa, anakmu ma

Sesuatu yang baik pasti baik
Jangan ragu, jangan bimbang
Semua anakmu tak akan membuatmu menangis
Iklaskan ma, iklaskan pa
Biarkan Tuhan yang mengatur segalanya
Ya, Tuhan yang telah menentukan segalanya
Langkah, rejeki, jodoh, bahkan maut
Tak ada yang bisa mengubahnya

Aku tahu pa, aku tahu ma
Senyummu pasti akan kembali
Ya, disaat kerajaan ini seperti dulu lagi

Aku tahu pa, aku tahu ma
Saat ini papa dan mama merasa kehilangan
Ya, kehilangan orang yang mama dan papa sayangi
Kehilangan kanda, menantu, dan cucu fajarmu
Diamlah ma, diamlah pa, iklaskan saja
Jangan kau membuatnya durhaka

Aku juga kehilangan
Ya, kehilangan kanda, kakak, dan ponaan
Tak ada suasana kerajaan yang kuimpikan dulu berjaya
Taman rindu telah mati dan kutakut tak bersemi lagi

 ***

Kanda, pulang kanda
Pulang dan minta maaflah
Mereka tidak mengusirmu
Mereka juga tidak membencimu
Oh, ya kanda. Mereka sangat menyayangimu
Sangat menyayangi cucunya dan sangat menyayangi menantunya
Dinda bisa melihatnya dari raut wajah mereka
Raut wajah mereka yang sekarang mengerut kecut

Sekarang mereka telah tua baya
Kanda pasti tahu
Buat mereka bisa tersenyum manis kanda
Senyum mereka akan manis jika kanda mahu menghampirinya

Aku, dindamu
Sangat menunggu kehadiranmu
Kehadiran kanda yang akan mengatur kisah kerajaan ini
Kanda yang sejak dulu kubanggakan
Bijaksana, pengertian, dan penuh kasih sayang

Ya, dinda tak pernah percaya
Tak pernah percaya
Kanda pasti teguh, tegar untuk melempangkan segalanya
Kanda tak akan pernah menyerah
Kanda juga tak mau durhaka
Dinda tak percaya kanda seperti itu
Dinda kenal kanda, kanda sangat punya perasaan

Kanda!
Ayahanda dan Ibunda menunggu kanda menghampirinya
Mereka kangen sama cucu mereka
Mereka kangen sama menantu mereka
Mereka juga kangen sama kanda
Kangen sekali
Kunjungi mereka kanda, kunjungi mereka
Bawa cucu dan menantu mereka
Mereka telah memaafkanmu sebelum dirimu meminta maaf

Karya : Teuku Asrul
Suka Mulia, 22 Januari 2011

Rabu, 20 April 2011

PUISI

Ingin Menuntunnya
Karya : Teuku Asrul

Ya, Kumenyaksikan malam-malam
Malam yang penuh teka-teki
Malam kuberada di laut lepas
Malam yang pekat

Remang langit kelabu
Petanda rindu
Musik menggema alunan setan jelata
Di pinggir-pinggir jalan arah kota
Ku pun berkarya
Mereka seperti tak sadar akan dirinya

Ingin kutuntun mereka kembali
Kejalan yang lurus adanya
Tuhan telah menciptakan jalan itu
Tinggal aku membawanya
Ya, menuntunnya kembali kejalan-Nya

Tuhan, bantu aku
Kebahagiaan mereka
kebahagiaanku juga
Banda Aceh, 20 April 2011

Selasa, 29 Maret 2011

PUISI

ANAKKU
Karya : Kahlil Gibran
Anakmu bukanlah milikmu,
Mereka adalah putra putri Sang Hidup
Yang rindu akan dirinya sendiri

Mereka lahir lewat engkau,
Tetapi bukan dari engkau
Mereka ada padamu,
Tetapi bukanlah milikmu

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
Namun jangan sodorkan pemikiranmu,
Sebab pada mereka ada alam pemikiran sendiri

Patut kauberikan rumah pada raganya,
Namun tidak bagi jiwanya
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan
Yang tiada dapat kaukunjungi
Sekalipun dalam mimpimu

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
Sebab kehidupan tak pernah berjalan mundur
Ataupun tenggelam ke masa lampau

Engkaulah busur asal anakmu,
Anak panah hidup, melesat pergi
Sang pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasa-Nya
Hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab dia mengasihi anak-anak panah
Yang melesat laksana kilat
Sebagaimana dikasihi-Nya pula busur yang mantap


Minggu, 27 Februari 2011

PUISI

Serapah Rindu
Karya : Teuku Asrul

Aku tak sanggup menahan rasa
Perih hati ini menahannya
Derita tak tau bawa kemana
Tuhan yang tau semuanya

Akan kubawa rasa ini sampai kumati
Kau tak pernah tau hati ini
Aku tertatih merintih semua ini
Sendiri dalam sunyi

Kau akan mengerti arti suatu saat nanti
Kala semua telah pergi
Kutakut kau tersakiti
Aku tak mau itu terjadi
Niatku suci tak punya arti
Hanya aku yang tak tau diri
Harapmu beri arti

Kini semua telah sirna
Tak ada lagi ilusi taman-taman rindu
Hampa , beku, mati!


Banda aceh, 15 Maret 2010