Jumat, 18 Februari 2011

LAPORAN FEATURE

Menguak Lima Makam Syuhada
oleh
Teuku Asrul
Gelap. Hanya remang-remang cahaya lampu memberi sedikit terang. Suasana hening, hanya suara bising kendaraan yang masih terdengar dari kejauhan. Malam itu, tak lama setelah senja beranjak, aku dan salah seorang temanku mendatangi sebuah pemakaman yang terletak tepatnya di belakang gedung AAC Dayan Dawood. Pemakaman tersebut di apit oleh gedung AAC dan Gedung Flamboyan, sebelah timurnya terdapat sebuah kantin, orang-orang meneybutnya kanti AAC.

Maksud saya berziarah ke makam itu adalah untuk mengetahui secara pasti siapa saja yang dimakamkan di tempat tersebut. Selain itu, saya juga sempat mengabadikan makam tersebut ke dalam kamera Fuji Film. Tak ada firasat akan ketakutan sedikitpun ketika berada di tempat itu, meski kami hanya berdua.

Banyak sumber sejarah menyebutkan, bahwa sekitar lebih kurang 7 abad silam Aceh merupakan salah satu wilayah yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu dan Budha. Konon katanya, Aceh pertama sekali dikuasai oleh pendatang-pendatang dari Cina. Oleh karena itu, ajaran yang ditularkan kepada penduduk Aceh sesuai dengan keyakinan meraka.

Beberapa abad setalah peradaban hindu dan budha berkembang pesat di Aceh, secara avolusi, para penyiar agama Islam pun mulai mengapakkan sayapnya ke Aceh. Beragam cara dan alasan dilakukan demi mensyiarkan Islam ke Aceh. Baik dengan perdagangan, kerjasama dan lainnya. Dari banyaknya para mujahidin dalam membawa ajaran Islam ke bumi Aceh ini, termasuk di anataranya H. Achmad Qasturi berasal dari Turki, (1316-1389), Datok Nafi berasal dari Malaysia, Muda Selangor berasal dari Selangor Malaysia, Abu Said  berasal dari  Tanoh Abe, Aceh Besar dan Tgk. Malem Panyang Pelanggahan, 1337-1399, yang makamnya sekarang tepat di tengah kampus jantong hate oreung Aceh, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Mengingat kelima syuhada tersebut sangat berjasa dalam menyiarkan agama Islam ke Aceh, maka makam para syuhada tersebut tidak dipindahkan sebagaimana makam lainnya dan juga sudah menjadi warisan bagi orang Aceh untuk menghormati makam-makam para syuhada. Dulu, area ini adalah pemakaman umum dan kemudian karena dibukanya Unsyiah pemakaman tersebut pun dipindahkan, kecuali kelima makam syuhada tersebut. Ditengah-tengah jeurat tersebut tampak dua batang pohon besar yang tak terhitung usianya. Akarnya pun tampak sudah memporak-porandakan kelima jeurat para syuhada itu.

Laporan Feature

Tidak ada komentar:

Posting Komentar